src='http://misbahudin-dcaesga.googlecode.com/files/efek-salju.js'/>

teknologi hari pertanian

Friday, 14 July 2017

PEMBUATAN TEH MASALA

PEMBUATAN TEH MASALA
 (Laporan Praktikum Teknologi Bahan Penyegar)




Oleh
Juniarto                       1514051024/4
Aziz Mahendra           1514051028/2






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017









I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu. Manfaat minuman teh ternyata dapat menimbulkan rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini hanya dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta penggunaan mesin–mesin peralatan pengolahan yang memadai (lengkap) (Arifin, 1994).

Teh herbal (bahasa Inggris: tisane, herbal tea) adalah sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal. Walaupun disebut “teh”, teh herbal tidak mengandung daun dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh herbal biasanya diseduh dengan air panas untuk mendapatkan minuman yang beraroma harum. Namun, teh herbal dari bahan biji tumbuhan atau akar sering perlu direbus lebih dulu sebelum disaring dan siap disajikan. Walaupun mengandung ramuan bunga atau buah kering, teh yang berasal dari daun teh seperti teh melati atau teh Earl Grey tidak disebut sebagai teh herbal. Campuran jeruk bergamot dalam teh Earl Grey atau bunga melati ke dalam teh melati dimaksudkan sebagai pengharum untuk membuat variasi aroma teh (Gunawan, 2004).

                                         
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk cara pembuatan teh masala dan mengetahui jenis teh terbaik yang dapat digunakan untuk membuat teh masala.







II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teh Herbal
Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda- beda, tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al., 2005).  Hambali et al., (2005) juga menambahkan bahwa teh herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjadi teh herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri.

2.2 Kayu Manis
Kayu manis merupakan jenis tanaman rempah. Rempah-rempah merupakan bagian yang penting dari konsumsi makanan manusia. Tidak hanya memperkuat rasa dan aroma, rempah-rempah juga meningkatkan umur simpan makanan dengan bertindak sebagai antimikroba dan antioksidan (Ho et al., 1992).  Komponen utama flavor dalam kayu manis adalah sinamaldehid, yang bukan merupakan fenol. Tetapi komponen minor flavor, kumarin mengandung gugus fenol dan penting untuk memberi ciri khas flavor alami kayu manis. Eugenol yang merupakan komponen utama flavor cengkeh, juga ditemukan pada kayu manis dalam jumlah kecil. Eugenol ditemukan pada kayu manis sebesar 0,04-0,2 persen, pada oleoresin kayu manis sebesar 2-6 persen, dan pada minyak daun kayu manis sebesar 70-90 % (Ho et al., 1992).
Minyak atsiri kayu manis sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai antiseptik. Minyak kayu manis ini juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik), sebagai obat sariawan, encok, masuk angin, dan sebagai antidiare. Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat citarasa. Diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan, agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai, dan sup (Rismunandar dan Paimin, 2001).


2.3 Jahe
Jahe merupakan salah satu komoditas tanaman obat yang mempunyai prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan di Pasar dalam negeri, regional maupun internasional. Nilai dari tanaman terletak pada rimpangnya yang umum dikonsumsi sebagai minuman penghangat, bumbu dapur dan penambah rasa dan sebagai bahan baku obat tradisional atau yang lebih populer dengan istilah jamu. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri 0,25 -3,3% yang terdiri dari zingiberene, curcumene, philandren. Rimpang jahe mengandung oleoresin 4,3-6,0 % yang terdiri dari gingerol serta shogaol yang menimbulkan rasa pedas (Bartley dan Jacobs, 2000).

Komponen yang terkandung di dalam rimpang jahe sangat banyak kegunaannya, terutama sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa makanan dan minuman serta digunakan dalam industri farmasi, industri parfum, industri kosmetika dan lain sebagainya (Hernani dan Hayani, 2001). Manfaat jahe dalam bidang pengobatan tradisional antara lain dipercaya sebagai obat pencahar (laxative), penguat lambung, penghangat badan, obat masuk angin, mengobati batuk, bronkhitis, asma, dan penyakit jantung, mengatasi influenza, obat cacing, diare, rematik, kembung, luka dan penambah nafsu makan serta memperbaiki pencernaan (Weidner dan Sigwart, 2001; Wang dan Wang, 2005).


2.4 Cengkeh
Tanaman cengkeh mempunyai sifat yang khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun, sampai bunga. Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya. Kandungan minyak paling tinggi terdapat pada bagian bunga. Bunga merupakan bagian yang paling penting dari tanaman cengkeh mengandung 10–20% minyak atsiri, sedangkan tangkai mengandung 5-10% minyak atsiri dan daun mengandung 1-4% minyak atsiri. Cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai agen perasa dan pemberi aroma pada berbagai makanan, minuman dan campuran dalam rokok kretek karena aroma dan rasanya yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki aktivitas biologis karena mengandung eugenol dengan kadar tinggi, yaitu sebagai antiseptik dan analgesik pada pengobatan gigi dan mulut, antifungal, antibakteri, antioksidan, antikarsinogen dan anti radikal bebas (Nurdjannah, N. 2004)

2.5 Kapulaga
Kapulaga adalah sejenis buah yang sering digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu. Ada dua macam kapulaga yang banyak digunakan di Indonesia, yakni kapulaga Jawa (Amomum compactum) dan kapulaga sabrang atau kapulaga India (Elettaria cardamomum); kedua-duanya termasuk ke dalam suku jahe-jahean atau Zingiberaceae.Kapulaga atau di sebut juga Amomum cardamomum selama ini dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga lebih banyak digunakan untuk campuran jamu. Di beberapa daerah kapulaga dikenal dengan nama kapol, palago, karkolaka, dan lain-lain. Kapulaga memiliki aroma bau sedap, aroma sedap ini berasal dari kandungan minyak atsiri pada kapulaga. Minyak atsiri ini mengandung lima zat utama, yaitu borneol (suatu terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kamper, alfa-terpinilasetat yang harum seperti bau jeruk pettigrain, limonen yang juga harum seperti bau jeruk keprok, alfa terpinen yang harum seperti jeruk sitrun dan cineol yang sedap agak pedas menghangatkan seperti minyak kayu putih. Kombinasi inilah yang membentuk aroma khas kapulaga. (Guenther, E. 2011)










III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok, gelas dan penutupnya panci, mortar dan kompor. Sedangkan bahan bahan yang digunakan adalah berbagai merk jenis teh, gula, susu kental manis, jahe, kayu manis, cengkeh dan kapulaga.

3.2 Metode
Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan mneyeduh 2 sendok makan  teh bubuk atau 2 kantong teh celup dengan air 250 ml air panas mendidih dan dibiarkan selama 5 menit. Kemdian sebanyak 50 ml susu kental manis diencerkan hingga menjadi 500 ml dan ditambahkan 3 sendok makan gula putih. Susu yang telah diencerkan dipanaskan dan dimasukkan 3 biji cengkeh, 2 potong kayu manis, jahe dan kapulaga yang telah dihancurkan. Dibiarkan sampai mendidih, setelah mendidih dimasukan teh kedalamnya. Kemudian dipanaskan lagi selama 3 menit. Teh tersebut disaring dan disajikan dalam gelas. Terakhir, dilakukan pengujian organoleptik terhadap teh masala menggunakan panelis dengan parameter yang diuji rasa (teh, herbal dan manis), aroma dan warna.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Data  Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data yang disajikan pada tabel dibawah ini,
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Teh Masala dari Berbagai Merk Teh
Jenis Teh
Panel




Parameter
Gambar
Rasa Teh
Rasa rempah
Rasa manis
Warna
Aroma
Kel 1
Teh Gunung Dempo
1
3
3
4
4
4

2
4
4
4
5
5
3
3
2
3
5
4
4
3
3
4
5
4
5
4
5
3
5
5
6
4
3
3
3
4
7
3
2
2
5
2
8
2
2
3
5
2
9
3
4
2
4
3
10
3
3
2
3
3
11
4
4
4
4
4
12
3
3
4
3
4
13
4
3
3
2
2
14
2
4
2
5
4
15
2
2
2
4
2
16
2
2
2
4
2
Kel 2
Teh Bendera
1
3
3
3
4
4





2
3
4
2
5
4
3
5
4
4
5
4
4
4
3
2
4
3
5
4
3
4
4
5
6
4
3
4
4
4
7
4
4
4
4
1
8
3
3
3
5
3
9
4
3
3
5
3
10
3
2
3
4
3
11
4
4
4
1
4
12
2
2
1
3
2
13
4
4
4
3
2
14
2
3
2
3
4
15
4
3
4
5
2
16
4
3
4
2
5
Kel 3
Teh Cap Botol
1
4
3
4
4
4






2
3
5
4
3
5
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
2
2
5
4
5
5
3
4
6
4
4
3
4
3
7
4
4
3
4
4
8
3
4
3
4
4
9
3
5
4
2
3
10
3
4
3
2
3
11
1
1
1
4
3
12
1
1
1
3
4
13
3
4
4
3
3
14
4
3
4
2
4
15
4
3
5
4
4
16
4
3
5
4
5









Kel 4
Teh Hijau
1
3
3
3
3
3






2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
2
4
2
3
4
3
2
5
2
5
5
1
2
6
4
3
3
4
3
7
1
1
1
2
4
8
2
4
3
3
3
9
4
3
3
1
3
10
3
3
3
2
3
11
1
1
1
2
3
12
2
2
2
5
4
13
2
2
2
3
3
14
1
1
1
2
2
15
1
1
1
2
2
16
1
1
1
2
2
Kel 5
Teh oolong
1
3
3
2
3
3


2
3
2
3
4
3
3
2
3
5
2
3
4
3
2
4
3
2
5
4
4
3
1
3
6
5
3
2
4
4
7
3
4
2
3
3
8
4
4
5
3
2
9
3
4
2
4
3
10
4
3
3
5
3
11
3
5
4
2
3
12
4
3
3
1
3
13
3
4
5
2
5
14
4
3
3
3
4
15
4
4
4
1
4
16
4
4
4
2
2
Kel 6
Teh merah
1
4
3
3
4
3



2
3
4
3
4
3
3
5
4
4
5
4
4
4
3
3
4
3
5
2
1
3
5
3
6
3
2
2
3
3
7
3
3
5
4
2
8
3
3
4
4
2
9
4
3
3
3
4
10
4
3
2
2
3
11
4
4
5
4
4
12
2
2
2
3
3
13
3
2
4
3
2
14
2
4
4
5
4
15
3
3
3
4
2
16
3
3
3
4
2
Kel 7
Teh Dua Tang
1
3
3
3
4
4
2
2
3
3
3
5
3
2
2
3
3
4
4
3
2
4
3
4
5
3
4
4
2
3
6
3
3
3
3
4
7
3
3
2
4
3
8
3
3
3
4
3
9
3
5
3
2
3
10
3
4
3
3
3
11
4
4
5
3
4
12
5
4
5
4
3
13
3
3
3
4
4
14
3
4
4
3
4
15
4
5
4
3
3
16
4
5
4
3
3









Kel 8
Yellow Tea
1
4
3
3
4
3






2
4
5
4
4
5
3
4
3
3
4
2
4
4
5
3
4
3
5
4
2
4
3
5
6
2
3
2
3
3
7
4
2
4
4
3
8
4
4
4
4
2
9
3
5
4
4
4
10
3
4
4
4
4
11
4
4
4
4
4
12
1
2
1
3
3
13
4
3
4
3
2
14
2
3
2
4
2
15
3
3
2
4
4
16
3
3
2
4
4



4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum ini diadapatkan bahwa teh masala yang memiliki rasa teh paling dominan adalah pada kelompok 2 dengan rata rata nilai sebesar 3,53 dan untuk yang memiliki rasa teh paling kecil adalah pada kelompok 4 yaitu sebesar 2,06. Untuk teh yang memiliki rasa herbal paling dominan adalah pada kelompok 7 yaitu sebesar 3,56 sedangkan untuk rasa teh herbal yang paling kecil adalah kelompok 4. Kemudian untuk teh dengan rasa manis yang dominan adalah pada kelompok 8 yaitu sebesar 3,37 sedangkan teh dengan rasa mainis terkecil adalah pada kelompok 4 dengan nilai sebesar 2,43.
Rasa yang mendominasi pada teh masala adalah segar dan khas. Rasa yang segar disebabkan karena penambahan kayu manis dan cengkeh. Kayu manis mengandung minyak atsiri yang tinggi sehingga apabila terlalu banyak maka akan menimbulkan rasa yang getir karena perasa alami pada kayu manis cenderung berasa manis akibat kandungan gula pada kulit kayu manis. ekstrak kayu  manis yang ditambahkan pada pembuatan minuman herbal sebanyak 15 % mempunyai rasa yang pedas dan sedikit getir dibandingkan penambahan kayu manis 10 % karena mengandung minyak atsiri yaitu senyawa eugenol yang tinggi. Cengkeh menghasilkan rasa yang pedas sedikit mint pada teh. Menurut Soesanto (2006), cengkeh mengandung senyawa eugenol dengan rasa yang pedas dan berbau aromatic kuat serta panas karena mengandung 20 % minyak atsiri yang berupa eugenol. Pemanasan pada pembuatan teh massa ini semakin lama menghasilkan rasa yang segar.
Teh masala dengan penambahan rasa kayu manis dan cengkeh cenderung banyak disukai oleh panelis. Teh ini disukai oleh panelis yaitu rasa dan aroma yang khas yaitu manis dan segar ditenggorokan. Hal ini disebabkan karena penambahan rasa kayu manis dan cengkeh. Hal ini karena kayu manis memiliki rasa dan aroma yang khas yang terkandung dalam minyak atsiri yaitu berupa eugenol, dan kandungan gula. Sedangkan cengkeh juga mengandung minyak atsiri sehingga juga menghasilkan rasa yang panas, aroma yang tinggi dan hangat ditenggorokan. Cengkeh cukup banyak mengandung minyak atsiri yaitu sekitar 10-20%. Formulasi cengkeh berpengaruh karena cengkeh menghasilkan warna yang coklat, aroma yang tinggi, dan rasa yang pedas. Kemudian pengaruh lainnya dalam rasa pada teh masala ini adalah jahe. Menurut Bartley dan Jacobs, 2000 rimpang jahe mengandung minyak atsiri 0,25 -3,3% yang terdiri dari zingiberene, curcumene, philandren. Rimpang jahe mengandung oleoresin 4,3-6,0 % yang terdiri dari gingerol serta shogaol yang menimbulkan rasa pedas. Sehingga rasa pada teh masala ini cenderung segar dan pedas yang diakibatkan adanya jahe tersebut.
Rata rata parameter warna yang paling pekat pada praktikum ini adalah pada kelompok 2 dengan nilai rata rata parameter yaitu sebesar 3,81 dan untuk rata rata warna yang kurang pekat adalah pada kelompok 4. Berdasarkan jurnal, kayu manis mengandung senyawa kimia tannin, zat penyamak, gula dan kumarin sehingga mampu menghasilkan warna coklat. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Jayanata (2013), penambahan kayu manis pada minuman beras organik membuat minuman menjadi warna coklat sehingga baik untuk pewarna alami karena mengandung pewarna alami 5%  .Cengkeh mengandung minyak atsiri berupa kalsium oksalat 12 % dan tannin 7% sehingga menyebabkan warna menjadi coklat. Pemanasan juga menyebabkan warna teh menjadi coklat. Selain karena penambahan rempah, teh masala berwarna cokelat juga diakibatkan karena adanya percampuran antara warna merah kecoklatan jenis teh dengan susu kental manis sehingga percampuran warna tersebut mengakibatkan adanya perubahan warna menjadi cokelat, ditambah dengan adanya perlakuan pemanasan.
Rata rata aroma paling kuat pada praktikum ini adalah pada kelompok 3 dengan nilai rata rata parameter sebesar 3,62 sedangkan aroma yang paling lemah adalah pada kelompok 4. Berdasarkan literatur aroma yang mendominasi pada teh masala beraroma harum disebabkan oleh penambahan kayu manis dan cengkeh. Kayu manis mengandung aromatik yang tinggi sehingga memunculkan bau yang cukup harum pada teh. Menurut Rismunandar (1993), kayu manis menghasilkan aroma yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat pada seluruh bagian tanaman kayu manis. Sedangkan cengkeh juga memunculkan aroma yang harum dibandingkan dengan kayu manis karena mengandung minyak atsiri yang mudah menguap karena panas. Cengkeh dimanfaatkan sebaga penyedap rasa pada masakan karena memiliki aroma yang tinggi dan panas karena mengandung eugenol 80 %, yang terdiri dari asetil eugenol, furfural dan amil keton yang menyebabkan harumnya pada suatu masakan. Harumnya pada teh daun kelor juga disebabkan karena pemanasan. Pemanassan ini menyebabkan aroma volatil akan menguap dan menyebabkan teh ini beraroma harum. Sehingga teh masala ini memiliki aroma yang dominan bau cengkeh dan kayu manisnya
Jurnal pertama membahas mengenai aktivitas antioksidan dan sifat organoleptik teh daun kelor dengan variasi lama pengeringan dan penambahan kayu manis serta cengkeh sebagai perasa alami didapatkan bahwa warna terang pada teh daun kelor ini akibat adanya penambahan cengkeh dan kayu manis serta adanya faktor pengeringan. Warna teh terbaik yaitu teh yang memiliki warna cokelat terang dan dibuktikan pada perlakuan A3B1, A3B2, dan A2B3. Kemudian rasa yang dihasilkan pada teh daun kelor ini adalah segar, hal ini akibat adanya penambahan cengkeh dan kayu manis. Namun berdasarkan uji daya terima konsumen didaptkan bahwa perlakuan A3B1 dan A3B3 kurang disukai olah konsumen, hal ini karena mungkin akibat adanya lama waktu pemanasan yang terlalu lama dan perbandingan penambahan cengkeh dan kayu manis yang tidak sesuai. Lalu aroma yang dihasilkan adalah bau harm yang khas dari penambahan rempah tersebut, akan tetapi berdasarkan data pengamatan pada jurnal tersebut terdapat bau yang kurang harum akibat adanya pemanasan yang terlalu lama yaitu selama 120 menit, sehingga tidak muncul aroma yang harum.
Jurnal yang kedua yaitu membahas mengenai pemanfaatan kulit buah semangka sebagai bahan dasar pembuatan teh dengan penambahan jahe merah dan cengkeh sebagai aroma alami. Berdasarkan data pengamatan didapatkan bahwa dari 20 panelis menyukai rasa dan aroma teh dari kulit semangka ini hal ini karena adanya campuran antara jahe dengan cengkeh yang dapat mengubah atau menambah cita rasa suatu produk pertanian khususnya dalam pembuatan minuman herbal. Menurut Ramadhan, 2010 pemberian penambahan bubuk jahe merah ini bertujuan karena jahe memiliki kandungan oleoresin yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma sedangkan menurut Nurdjannah, 2004 penambahan bubuk cengkeh karena selain mengandung minyak atsiri sebagai komponen yang menguap, juga terdapat bahan lainnya yang tidak menguap seperti resin, sehingga mempunyai aroma dan rasa seperti asalnya yaitu bunga cengkeh






V. KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah
1. Teh masala yang memiliki rasa teh paling khas adalah pada kelompok 2 dengan nilai rata rata sebesar 3,53 sedangkan yang memiliki rasa teh yang kurang khas adalah kelompok 4 dengan rata rata 2,06
2. Teh masala yang memiliki rasa herbal paling khas adalah pada kelompok 7 dengan rata rata 3,56 sedangkan yang memiliki rasa  herbal yang kurang khas adalah kelompok 4 sebesar 2,06
3. Teh masala yang memiliki rasa manis paling khas adalah pada kelompok 8 dengan rata rata 3,37 sedangkan yang memiliki rasa manis yang kurang khas adalah pada kelompok 4 dengan rata rata sebesar 2,43
4. Warna teh masala yang paling pekat pada praktikum ini adalah pada kelompok 2 dengan rata rata 3, 81 sedangkan warna yang kurang pekat adalah pada kelompok 4 dengan rata rata sebesar 2,43
5. Aroma yang paling khas pada pembuatan teh masala ini adalah pada kelompok 3 dengan rata rata sebesar 3,35 sedangkan aroma yang kurang khas ada pada kelompok 4 dengan rata rata sebesar 2,5







DAFTAR PUSTAKA



Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh dan Kina. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, Bandung.
Bartley,  J. dan  A. Jacobs. 2000. Effects Of  Driying On Flavour Compounds In Australian Grown Ginger (Zingiber Officinale Rosc) . Journal of the Science of Food and Agriculture. 80. 209-215.
Guenther, E., 2011, Minyak Atsiri Jilid I,  diterjemahkan oleh Ketaren, 1987, Jakarta, UI- Press.
Gunawan, D. Dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebaran Swadaya, Jakarta.
Hambali, E. M. Z. Nasution dan E. Herliana. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea. Penebar Swadaya, Jakarta. 
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of Chemical Components On Red Ginger (Zingiber Officinale Var. Rubrum) By GC.MS. Proc. Internasional Seminar On Natural Products Chemistry And Utilization Of Natural Resources. UI-Unesco. Jakarta, 501-505
Ho, C. T., C. Y. Lee and M. T. Huang. 1992. Phenolics Compounds in Food and Their Effects on Health I : Analysis, Occurrence and Chemistry. American Chemical Society, Washington, DC.
Jayanata, Christhopher Emille dan Ahmad Kholil. 2013. Gaya Hidup Organik. Sehat Tanpa Mahal. Bandung: PT Mizan Pustaka
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Nurdjannah, N., 2004, Diversifikasi Tanaman Cengkeh, J. Perspektif, 3(2), Hal. 61–70.
Ramadhan, Ahmad Eka. 2010. Potensi Jahe (Zingiber officinale, Rosc.) sebagai Obat Anti-Kanker. Semarang: Universitas Diponegoro
Rismunandar dan F. B. Paimin. 2001. Kayu Manis : Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya, Jakarta Santoso, 1994). 
Soesanto ,H. 2006. Pembuatan Isoeugenol Dari Eugenol Menggunakan Pemanasan Gelombang Mikro. Skripsi Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor. 90 hlm 
Wang, W.H, dan Z.M. Wang. 2005. Studies of Commonly Used Traditional Medicine-Ginger. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30: 1569-1573.
Weidner, M.S. dan K. Sigwart. 2001. Investigation Of The Teratogenic Potential Of a Zingiber Officinale Extract In The Rat. Reprod. Toxicol : 1575- 1580.  



























LAMPIRAN







Lampiran 1. Data rata rata tingkat parameter teh masala
Kelompok

Rasa

Warna
Aroma

Teh
Rempah
Manis


1
3,06
3,06
2,81
3,12
3,31
2
3,53
3,18
3,00
3,81
3,31
3
3,25
3,12
3,25
3,06
3,63
4
2,06
2,06
2,43
2,43
2,5
5
3,50
3,32
3,12
2,68
3,12
6
3,18
2,93
2,93
3,50
2,96
7
3,18
3,56
3,31
3,18
3,50
8
3,50
3,37
3,37
3,75
3,37





0 comments:

Post a Comment