PEMANFAATAN
LIMBAH PADAT AGROINDUSTRI
SEKILAS URAIAN
Hampir seluruh limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
agroindustri merupakan limbah organik non B3 yang berpotensi untuk dapat dimanfaatkan. Saat ini pemanfaatan limbah
padat sudah banyak dilaksanakan baik
dimanfaatkan sendiri oleh pihak industri maupun dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan pemanfaatan
limbah padat perlu diatur dalam rangka meminimalkan dampak lingkungan dan
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya. Kajian pemanfaatan limbah padat agroindustri sangat diperlukan sebagai
pedoman agar pemanfaatan limbah padat dapat dilakukan secara benar dan aman terhadap
lingkungan.
Pelaksanaan Kegiatan
- Pengenalan industri melalui studi pustaka tentang limbah padat agroindustri sawit, gula, jamu, perikanan, dan susu
- pengumpulan data sekunder dari agroindustri terkait
- Pengumpulan data primer, yaitu data yang diambil oleh pelaksana kegiatan, melalui kunjungan ke 3 (tiga) industri sawit di Lampung (PTPN VII di Bekri atau Rejosari) dan PT. Sawindo Kencana (Bangka) ; 1 (satu) biomass power plant (PT.Listrindo Kencana, Bangka); 1 (satu) industri gula di Lampung (PT. Gunung Madu Plantations), 1 (satu) industri jamu, 2 (dua) industri susu, dan 1 (satu) industri perikanan
- analisis dan evaluasi pengelolaan limbah padat agroindustri, jenis-jenis limbah padat yang dihasilkan dan potensi pemanfaatannya serta evaluasi terhadap peraturan yang terkait
- penyusunan pedoman pemanfaatan limbah padat agroindustri.
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DI PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Jenis dan jumlah limbah padat dari pabrik kelapa sawit:
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DI PABRIK KELAPA SAWIT
Pemanfaatan TKKS bersama-sama dengan sabut dan cangkang sawit untuk produksi listrik telah diimplementasikan di PT. Listrindo Kencana di Kabupaten Bangka Barat yang memanfaatkan limbah padat dari industri kelapa sawit PT. Sawindo Kencana dan industri kelapa sawit lain di Pulau Bangka. Listrik yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memenuhi listrik di PT. Sawindo Kencana dan sisanya dijual ke PT. PLN.
Komposisi limbah padat yang digunakan di PLTU Biomassa PT. Listrindo Kencana adalah Serabut, Serabut olahan TKKS dan Cangkang sawit dengan komposisi 20%:20%:60%. Kebutuhan biomassa campuran tersebut untuk bahan bakar PLTU biomassa (PT. LK) adalah sekitar 2500 - 3000 Ton per hari untuk dapat menghasilkan listrik seperti yang direncanakan.
Limbah padat PT. Sawindo Kencana (serabut, cangkang, dan seluruh TKKS yang sudah dicacah menjadi serabut TKKS) tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Supply biomassa campuran dari PT. Sawindo Kencana hanya berkontribusi sekitar 20% saja dan 80% sisanya diambil dari PKS lain.
Akan tetapi terdapat kendala dalam pemanfaatan limbah padat sebagai sumber energi. Jaminan ketersediaan bahan bakar PLTU Biomassa SANGAT LEMAH. Daya aktual yang dihasilkan oleh PT. Listrindo Kencana saat ini hanya berkisar 2 hingga 2,5 MW akibat kurang tersedianya bahan bakar, terutama cangkang sawit.
Dengan harga jual di pasar lokal (Bangka) mencapai 400 Rp/kg, saat ini cangkang sawit telah menjadi komditi yang memiliki nilai ekonomi. Harga di pasar internasional bahkan lebih tinggi lagi. Di lain pihak, hal ini mengakibatkan PLTU berbahan bakar cangkang menjadi makin sulit. Dengan kebutuhan cangkang 1,6 kg per kWh listrik, maka biaya bahan bakar saja sudah mencapai 740 Rp/kWh. Jika ditambah biaya operasional (langsung dan tidak langsung), maka harga jual listrik ke PLN sebesar 975 Rp/kWh seperti tertuang dalam Per.Men. ESDM nomor 04 tahun 2012 hanya mencapai titik impas.
PEMANFAATAN UNTUK PUPUK ORGANIK (KOMPOS DAN MULSA)
TKKS yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit selama ini juga telah digunakan sebagai mulsa tanaman sekaligus menghemat penggunaan pupuk kimia. TKKS sebagai sumber bahan organik yang kaya unsur hara yang diaplikasikan sebagai mulsa diharapkan dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah dan kandungan hara tanah, memperbaiki sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, aerasi, dan kemampuan menahan air. Tetapi sifat volume TKKS yang besar (bulky) menyebabkan biaya pengangkutan besar dan proses degradasi (penguraian) TKKS yang sangat lambat menyebabkan berkembangnya metode pemanfaatan TKKS melalui pengomposan.
Proses pembuatan kompos dari TKKS juga memanfaatkan air limbah industri kelapa sawit yang berfungsi sebagai sumber mikrobra pengurai TKKS dan meningkatkan unsur hara kompos. Produksi kompos dari TKKS tidak hanya memanfaatkan limbah padat terbesar dari produksi CPO, tetapi juga dapat memanfaatkan air limbah industri kelapa sawit dalam jumlah yang besar, serta dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk perkebunan.
Masalah dalam penggunaan mulsa TKKS yang belum diolah:
TKKS masih basah sehingga berat pertandannya masih tinggi sehinga menyulitkan dalam pengangkutan.
Pendistribusian hanya dapat dilakukan secara manual, sehingga kadang terkendala tenaga kerja yang terbatas. Adanya bahaya Ganoderma boninense dan Oryctes rhinoceros (kumbang Rhinoceros) bila TKKS ditumpuk terlalu tinggi. Laju mineralisasi nutrien sangat lambat sehingga dampaknya sebagai pupuk sangat sulit untuk diukur.
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk produksi kompos
Kompos TKKS mempunyai volume dan berat yang lebih rendah sehingga akan mengurangi biaya tranport dan distribusinya di kebun kelapa sawit.
Kompos mempunyai kandungan nutrien termineralisasi relatif tinggi, sehingga dampak penggunaannya sebagai pupuk akan mudah diukur.
Keunggulan kompos TKKS :