Energi Terbarukan BBM dari Limbah Kresek
BBM PLASTIK: Dari kiri, Edo Dwi, Lola Sara, Ade Imas, Ledy Theresia, dan Hilmi Putra memamerkan bahan bakar minyak di laboratorium ekologi dan lingkungan FST Unair.
Inovasi energi terbarukan pengelolaan limbah plastik kresek berhasil diciptakan lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair). Melalui sistem pembakaran suhu tinggi, mereka mampu mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Penelitian yang telah mendapat dana hibah Kemenristekdikti tersebut diciptakan Edo Dwi Praptono, Ade Imas Agusningtyas, Hilmi Putra Pradana, Ledy Theresia, dan Lola Sara. Ide pembuatan BBM berbahan dasar limbah kresek tersebut bermula dari keresahan melihat kerusakan lingkungan. Terutama menumpuknya limbah plastik kresek di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunungnya limbah sampah plastik di TPA itu terjadi karena tidak banyak orang tertarik untuk mengolahnya. Berbeda dengan sampah botol plastik yang sering jadi incaran pemulung.
”Kondisi ini membuat kami tertarik memanfaatkannya,” terang Edo Dwi Praptono, ketua tim. Setelah melakukan studi literatur, mereka menemukan bahan pembuat plastik kresek berasal dari hidrokarbon. Kandungan tersebut juga digunakan untuk membuat BBM. ”Dari sini, kami mulai merancang untuk merealisasikannya,” tutur mahasiswa jurusan ilmu dan teknologi lingkungan itu. Untuk mengubah plastik kresek menjadi BBM, mereka lebih dulu memotong kecil-kecil lembaran kresek. Setelah dirajang, kresek dimasukkan ke dalam alat tripod-4M untuk proses thermal cracking. Teknik pembakaran tersebut menggunakan suhu tinggi. Kisarannya 300–400 derajat Celsius. Setelah pembakaran 45 menit, lembaran kresek itu berubah menjadi minyak dan langsung bisa digunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses pembakaran suhu tersebut, Edo menerangkan, ada dua jenis bahan bakar yang dapat diperoleh secara otomatis. Yakni, bensin dan solar. Dua jenis bahan bakar itu telah diuji pada mobil, sepeda motor, dan mesin pemotong rumput. ”Semua dapat berjalan dengan baik,” jelas mahasiswa semester kedelapan tersebut.
Selain fokus pada pengelolaan limbah plastik kresek, lanjut Edo, ada plastik jenis lain yang bisa diolah menjadi BBM. Di antaranya, plastik PP (gelas air kemasan), HDPE (botol sampo), dan plastik jenis PETE. Selain dapat mengurangi limbah, juga pengolahan plastik menjadi bahan bakar tersebut cukup efisien. Satu kilogram kresek yang dilebur menghasilkan satu liter BBM. ”Jadi, pengolahan ini bisa jadi solusi energi alternatif,” terangnya. Ade Imas Agusningtyas menambahkan, inovasi pengolahan limbah plastik tersebut akan terus diperbaiki. Salah satunya dengan merancang alat yang langsung bisa memisahkan berbagai jenis bahan bakar seperti bensin, solar, dan pertamax.